Daerah Provinsi Sulawesi Utara merupakan asal terbentuknya provinsi Gorontalo. Karena ada beberapa hal penting, maka Gorontalo di tahun 2000 resmi menjadi provinsi gres yg ke-32 di Indonesia dan menjadi provinsi yang mandiri. Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi serpihan utara atau di serpihan barat Sulawesi Utara. Berdasarkan sejarahnya,

Rumah Adat
1. Namanya Dulohapa. Dulohapa merupakan rumah budbahasa Gorontalo yang dipakai untuk tempat bermusyaarah. Pada masa-masa pemerintahan raja, Doluhapa dipakai untuk ruang pengadilan, tmpat untuk memvonis penghianat melalui 3 aturan yaitu:
- Alur pertahanan (keamanan), dikenal sebagai Buwatulo Bala;
- Alur aturan agama islam, dikenal sebagai Buwatulo Syara;
- Alur Hukum adat, dikenal sebagai Buwatulo Adati.
Kini rumah budbahasa Doluhapa dipakai oleh masyarakat Gorontalo difungsikan untuk tempat menjalankan upacara janji nikah dan juga upacara budbahasa lain nya.
2. Rumah budbahasa Bandayo Pamboide. Rumah ini digunakan juga dipakai sebagai tempat bermusyawarah. Dulu Rumah Bandayo Pomboide ini difungsikan sebagai tempat pagelaran budaya khas Gorontalo. Berbeda dengan Doluhapa, serpihan dalam Bandayo Pomboide mempunyai banyak sekat sehingga mempunyai bermacam ruangan yang fungsiya juga beragam.
Jika diamati secara keseluruhan, disain arsitektur rumah budbahasa ini (baik Doluhapa dan Bandayo Pomboide) banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam yang tumbuh dan kental di wilayah Gorontalo semenjak dahulu.
Pakaian budbahasa Gorontalo yang biasa dikenakan pada ketika upacara pernikahan, upacara khitanan, upacara baiat (pembeatan wanita), upacara penyambutan tamu, maupun upacara budbahasa lainnya.
Pakaian budbahasa pada laki-laki berupa baju tertutup yang dipadankan dengan celana panjang. Pakaian ini dilengkapi epilog kepala dan kain sarung yang dililitkan di pinggang. Serta ada senjata tradisional wamilo diselipkan dililitan sarung tersebut.
Sedangkan pakaian budbahasa pada perempuan berupa baju berukuran panjang sejenis baju kurung. Dan anting berwarna emas. Biasanya, rambut perempuan disanggul dengan bentuk sederhana dan dihiasi kembang emas.
Tari Tradisional Khas
Tari tradisional provinsi Gorontalo yakni tari Polo-polo. Tari ini merupakan tari pergaulan bagi muda-mudi. Gerakkan tari ini dinamis dan beraturan. Biasanya, penarinya yakni perempuan dan dilakukan oleh lebih dari dua orang.
Selain itu, ada juga tari Peule Cinde. Tari ini, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya yakni dengan menaburkan bunga bagi para tamu.
Senjata tradisional ini berbentuk menyerupai golok. Namun, serpihan ujung hulunya sedikit melengkung ke bawah. Senjata tradisional lainnya yakni badik, Wamilo, Bitu’o (sejenis Keris), Sabele (sejenis Parang atau Lilang) dan Travalla.
Alat Musiknya

Bahasa Daerah
Pada dasarnya terdapat banyak bahasa tempat di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa Andagile).
Dikutip & diolah dari: Kebudayaan Indonesia